LAPORAN
PRAKTIKUM TEKNIK SEDIAAN SEMI SOLID dan LIQUID
PASTA SKYSULF
16 APRIL 2015
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat ,
karunia , dan hidayah-Nya laj kami dapat menyelsaikan Laporan Praktikum Teknik
Semi Solid Dan Liquid ini , yaitu “ Pasta – SKYSULF “ . Dan kami juga berterima
kasih pada Ibu Aries Meryta , S.Farm , Apt selaku Dosen mata kuliah Laporan
Praktikum Teknik Semi Solid Dan Liquid yang telah membimbing materi ini kepada
kami .
Kami
sangat berharap laporan ini dapat berguna dan dimengerti . Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih terdapat kekurangan – kekurangan .
Untuk itu , kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang , mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun .
Semoga
laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya . Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
terima kasih .
Jakarta
, 17April 2015
Penyusun
Daftar
Isi
Kata Pengantar …………………………………………………… 1
Daftar Isi …………………………………………………… 2
I.Tujuan Percobaan …………………………………………………… 3
II.Latar Belakang …………………………………………………… 3
a. Teori
…………………………………………………………….. 3
b. Prinsip
…………………………………………………………... 3
c. Zat
aktif : Penggunaan , Farmakologi , Dosis
…………………. 8
III.Preformulasi
dan permasalahan farmasetika …………………… 8
a. Preformulasi
zat aktif …………………………………………… 8
b. Permasalahan
farmasetika ………………………………………. 8
IV.Metode …………………………………………………… 10
a. Formula
………………………………………………………… 10
b. Perhitungan
…………………………………………………….. 10
c. Penimbangan
…………………………………………………… 10
d. Alat
dan bahan ……………………………………………….. 10
e. Prosedur
pembuatan ………………………………………….. 11
f. Evaluasi ……………………………………………………….. 11
V.Pembahasan …………………………………………………………… 12
VI.Kesimpulan
…………….…………………………………………… 12
VII.Etiket …………………………………………………………… 12
VIII.Daftar Pustaka …………………………………………………… 12
Pembuatan
Dan Evaluasi Sediaan Pasta - SKYSULF®
I.
Tujuan
Percobaan
1.
Mahasiswa dapat mengetahui formulasi dalam pembuatan sediaan
pasta
2.
Mahasiswa mampu menentukan basis
pasta yang sesuai dengan zat aktif nya
3.
Mahasiswa mampu melakukan evaluasi
terhadap sediaan pasta yang telah dibuatnya
II.
Latar
Belakang
a.
Teori
Pasta adalah : sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obatyang ditunjukan
untuk pemakaian (Topikal) luar
Pasta adalah salep yang
mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena merupakan salep yang tebal,
keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup
atau pelindung. (buku farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief, Apt.)
Menurut farmakope Indonesia
edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa
lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan
mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan
vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat
dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau
pelindug Sedangkan menurut farmakope
Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical.
Menurut DOM, Pasta adalah sediaan semi
padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Ketika
digunakan, pasta memiliki nilai yield tertentu dan tahan untuk mengalir
meningkat dengan meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan
dengan menambahkan sejumlah serbuk yang tidak larut yang signifikan (biasanya
20% atau lebih) pada basis salep konvensional sehingga akan merubah aliran
plastis dari salep menjadi aliran dilatan.
Menurut
Scoville’s , Pasta terkenal pada daerah dermatologi dan
tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh,
sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta
digunakan.
Menurut Prescription, Pasta
terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan salep untuk penggunaan luar. Pasta
berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak berlemak mengandung gliserin dengan
pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain. Pasta biasanya sangat kental atau kaku
dan kurang berlemak dibandingkan dengan salep dimana bahan-bahan serbuk seperti
pati, ZnO dan kalsium karbonat pada basisnya memiliki bagian yang tinggi.
Sehingga secara umum pasta
adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
digunakan secara topikal. Biasanya mengandung serbuk sampai 50% hingga pasta
lebih kaku dan kental dan kurang berminyak dibandingkan salep. Pasta tidak
melebur pada suhu tubuh dan memberi perlindungan berlebih pada daerah dimana
pasta digunakan.
b.
Prinsip
Penggolongan sediaan pasta menurut
Farmakope Indonesia Edisi IV , yaitu :
1. Pasta berlemak
adalah : suatu salep yang mengandung lebih dari 50 % zat padat (serbuk).
2. Pasta kering
adalah : suatu pasta bebas lemak
mengandung 60% zat padat (serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep
tertulis ichthanolum atau Tumenol Ammonim zat ini akan menjadikan pasta menjadi
encer.
3. Pasta pendingin
: merupakan campuran serbuk minyak lemak
dan cairan berair contoh : salep tiga
dara.
Karakteristik Pasta
1. Daya
adsorbs pasta lebih besar .
2. Sering
digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian,
sehingga cocok untuk luka akut.
3. Tidak
sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
4. Mengandung
satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
5. Konsistensi
lebih kenyal dari unguentum.
6. Tidak
memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
7. Memiliki
persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu mengandung bahan
serbuk (padat) antara 40 %- 50 %.
Kelebihan dan Keuntungan Pasta
·
Kelebihan
1. Pasta
mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan
tendensi mengeluarkan cairan
2. Bahan
obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja
local
3. Konsentrasi
lebih kental dari salep
4. Daya
adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan
sediaan salep.
·
Kekurangan
1. Karena
sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai
untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
2. Dapat
mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.
3. Dapat
menyebabkan iritasi kulit .
Cara Absorbsi Pasta
a.
Penetrasi
Penetrasi
pasta ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut. Apabila kulit
utuh maka cara utama untuk penetrasi masuk umumnya melalui lapisan epidermis
lebih baik dari pada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat. Absorpsi
melalui epidermis relatif lebih cepat karena luas permukaan epidermis 100
sampai 1000 kali lebih besar dari rute lainnya Stratum korneum, epidermis
yang utuh, dan dermis merupakan lapisan penghalang penetrasi obat ke dalam
kulit. Penetrasi ke dalam kulit ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui
penetrasi transeluler (menyeberangi sel), penetrasi interseluler (antar sel),
penetrasi transepidageal (melalui folikel rambut, keringat, dan
perlengkapan pilo sebaseus)
b. Disolusi
Disolusi
didefinisikan sebagai tahapan dimana pasta mulai masuk ke dalam larutan dari
bentuk padatnya atau suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi
terlarut dalam pelarut. Dalam sistem biologis pelarut obat dalam media
aqueous merupakan bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik. Supaya
partikel padat terdisolusi molekul solut pertama-tama harus memisahkan diri
dari permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi permuk aan memasuki pelarut
c. Difusi
Difusi
adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa oleh
gerakan molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi
aliran molekul melalui suatu batas, misalnya membran polimer. Difusi pasif
merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga
pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua
sisi membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul obat berdifusi dari daerah
dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah.
Basis atau Pembawanya
Pada
dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda
dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:
a.
Basis Hidrokarbon
Karakteristik :
Tidak diabsorbsi oleh kulit
Inert
Tidak bercampur dengan air
Daya adsorbsi air rendah
Menghambat kehilangan air
pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan meningkatkan absorbsi obat melalui
kulit.
Dibagi menjadi 5, yaitu :
Soft paraffin, Hard paraffin, Liquid paraffin, Paraffin substitute,
paraffin ointment
Contoh : vaselin, White Petrolatum/paraffin, White Ointment
b.
Basis Absorbsi
Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah
tertentu air dan larutan cair.
Terbagi :
Non emulsi co, basis ini
menyerap air untuk memproduksi emulsi air dalam minyak Terdiri atas :
Wool fat, wool alcohols, beeswax and cholesterol.
Emulsi A/M co, terdiri atas
: Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.
c.
Larut Air
Misalnya
PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam
air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata, dapat
mengikat pygmen dan higroskopis (mudah menguap), sehingga dapat memberikan
kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.
Zat
Aktif
1.
Sulfur
Praecipitatum
Zat
aktif sulfur praecipitatum (belerang endap) bereaksi dengan substansi pada
kulit agar menghasilkan hydrogen sulfide, antibacterial yang berfungsi juga
sebagai anti-inflamasi dan menyebabkan kulit melepaskan sel mati. Mekanisme ini
membantu kecepatan penyembuhan akibat infeksi scabies.
2. Recorcinol
Resorsinol digunakan
dalam produk kosmetik berupa krim untuk pengobatan jerawat sebagai antipuritik,
exfoliating agen atau keratolitik dengan konsentrasi sebesar 2,5% hingga 5%
(Martindale ed 28th). Obat
jerawat yang mengandung resorsinol tersebut perlu diperhatikan, karena tidak
boleh dipergunakan pada permukaan kulit yang luas terutama pada anak-anak,
karena dapat menyebabkan iritasi dan alergi (Kompendia Obat Bebas XI).
III.
Preformulasi
Dan Masalah Farmasetik
a)
Sulfur
Praecipitatum
Sinomin
|
Belerang
Farmakope
Indonesia Edisi IV 1995 , Hal 771
|
Stuktur
|
S
Farmakope
Indonesia Edisi IV 1995 , Hal 771
|
Rumus Molekul
|
S
Farmakope
Indonesia Edisi IV 1995 , Hal 771
|
Titik Lebur
|
-72°C
HOPE 2009 ,
Edisi 6th Hal 718
|
Pemerian
|
Serbuk amorf
atau serbuk hablur renik , sangat halus , warna kuning pucat , tidak berbau
dan tidak berasa
Farmakope
Indonesia Edisi IV , Hal 771
|
Kelarutan
|
Praktis tidak
larut dalam air , sangat mudah larut dalam karbon disulfida , sukar larut
dalam minyak zaitun , praktis tidak larut dalam etanol
Farmakope
Indonesia Edisi IV , Hal 771
|
Stabilitas
|
Stabil ,
polimerisasi berbahaya tidak akan terjadi , hindari suhu tinggi , nyala api
terbuka , pengelasan , merokok , dan sumber penyalaan.
|
Inkompabilitas
|
Sulfur incompatible dengan sejumlah bahan kimia
namun tidak terbatas pada klorat,
nitrat, karbida, halogen, fosfor dan logam berat. Ketidak cocokan ini dapat mengakibatkan
kebakaran, reaksi yang tidak terkontrol, kelepasan gas beracum atau
ledakan.
|
pH
|
pH antara 4,2 – 6,2
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah
tertutp baik
|
Kegunaan
|
Skabisida
Obat - Obat Penting , Hal 235
|
b)
Zinci Oxyd
Sinomin
|
Seng Oksida
Farmakope
Indonesia Edisi III 1979 , Hal 673
|
Rumus Molekul
|
ZnO
Farmakope
Indonesia Edisi III 1979 , Hal 673
|
Pemerian
|
Lembut ,
putih atau agak kekuningan , bubuk amorf , bebas partikel , pasir .
|
Kelarutan
|
Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%). Larut dalam asam mineral encer
|
Stabilitas
|
Panas : jika dipanaskan dengan
kuat, terjadi warna kuning yang akan hilang pada pendinginan. Udara : ketika
kontak dengan udara, ZnO perlahan menyerap uap lembap dan CO2
|
Inkompabilitas
|
Zinci Oxidum inkompatibel dengan Benzil Penisilin. Zinci Oksid bereaksi
lambat dengan asam lemak dalam minyak dengan lemak untuk membuat ester asam
lemak.
|
Penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup dan terhindar dari paparan suhu diatas 30°C
pada penggunaan jangka panjang.
|
c)
Resorcinol
Sinonim
|
Resorcin
|
Kelarutan
|
Mudah larut dalam air,daam etanol, dalam
gliserol dalam eter, sukar larut dalam kloroform. Larutan
( 1 dalam 20) bereaksi netral atau asam terhadap kertas lakmus.
|
Pemerian
|
Serbuk atau hablur bentuk jarum, putih
atau praktis putih, bauh khas lunak, rasa manis diikuti rasa pahit.oleh
pengaruh cahaya atau udara, berwarna agak merah muda.
|
Rumus Molekul
|
C6H6O2
|
d)
Vaselin Album
Pemerian
|
masa lunak, lengket, sifat ini
tetap setelah zat ini
dileburkan hingga dingin tanpa diaduk, berflorosensi lemah. |
Kelarutan
|
praktis tidak larut dalam air dan
dalam etanol, larut
Dalam kloroform, dalam eter P, dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang – kadang berfloresensi lemah. |
Inkompabilitas
|
inkompatibilitas dengan bahan –
bahan inert/ netral.
|
Kegunaan
|
Zat tambahan
|
Stabilitas
|
- petrolatum stabil dengan bahan
alam seperti komponen hidroskarbon.
- Mudah teroksidasi sehingga distabilka |
Warna , Rasa
, Bau
|
Putih kuning
pucat , tidak berbau dan tidak berasa .
|
e)
Cetostearyl
alcohol
Sinonim
|
Alcohol
cetylicus et stearylicus , cetearyl alcohol , setil stearyl alcohol ,
|
Pemerian
|
Terbentuk
sebagai massa berwarna putih atau kream , serpihan pil atau butir . memiliki
bau khas yang manis yang lemah. Dalam pemanasan , cetostearyl alcohol meleleh
menjadi bersih , dan tidak berwarna , atau berwarna kuning pucat , cairan
bebas dari bahan pensuspensi
|
Kelarutan
|
Mudah larut
dalam etanol 95% , eter dan minyak . Praktis tidak larut dalam air.
|
Stabilitas
|
Cetostearyl
alcohol stabil dibawah kondisi normal penyimpanan . Cetostearyl alcohol
disimpan diwadah tertutup baik , tempat sejuk dan kering .
|
Inkompabilitas
|
Tidak cocok
dengan zat pengoksidasi kuat dan garam logam.
|
Penyimpanan
|
Cetostearyl
alcohol harus disimpan diwadah tertutup baik , sejuk
|
Kegunaan
|
Peningkat
konsistensi
|
f)
Paraffin
Liquidum
Warna , Bau , Rasa
|
Tidak berwarna , tidak berbau , tidak berasa
|
Pemerian
|
Cairan kental, transparan tidak
berfloresensi
|
Kelarutan
|
Larut dalam kloroform, eter,
volatile oil, sukar larut dalam
Methanol, praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95% P, dan air. Paraffin dapat bercampur dengan banyak wax yang melelehkan dan dingin. |
Titik
lebur
|
96 – 105oC
|
Stabilitas
|
Paraffin disimpan pada suhu tidak
lebih 40oC, walau
Berulang kali mencair dan mengental berubah fisik |
g)
Cetomacrogolum
1200
Sinonim
|
Polyethylene
glycol ether monohexadecyl; α-heksadesil-ω-hydroxypoly (oxy-1,2-ethanediyl)
|
Pemerian
|
Sebuah
berwarna krem, lilin, bermanis-manis massa, pelet, atau serpihan; ketika
dipanaskan, meleleh ke kuning, cairan bening kecoklatan; berbau atau hampir
tidak berbau.
|
Kelarutan
|
Larut
dalam air, etanol (~ 750 g / l) TS, dan aseton R; praktis tidak larut dalam
R. minyak bumi ringan
|
Titik Lebur
|
Tidak
lebih rendah dari 38 ° C.
|
Definisi
|
Cetomacrogol
1200 adalah produk kondensasi dari alkohol lemak linear dengan etilen oksida,
disiapkan di bawah kondisi yang terkendali untuk mendapatkan eter yang
diperlukan dengan polietilen glikol massa molekul yang diinginkan.
|
Penyimpanan
|
Cetomacrogol
1200 harus disimpan dalam wadah yang tertutup, terlindung dari panas.
|
Rumus
Molekul
|
(C 2
H 4 O) n C 16 H 34 O
|
IV.
METODE
A.
Formula
|
B.
Perhitungan
·
Resorcinolum 500mg x 12 = 6000mg
·
Sulfur 500mg
x 12 = 6000mg
·
Zinci oxyd 1 gram x 12 = 12 gram
·
Cetoamacogrel 1200 (300mg x 12 = 3600mg)
·
Cetostearylalcohol 1.2g x 12 = 14.4 gram
·
Paraffin Liquidum 1 g x 12 = 12 gram
·
Vaselin album ad 120 – ( 6g + 6g + 12g + 3.6g + 14.4g + 12g
) = 66 gram
C.
Penimbangan
No
|
Nama Obat
|
Penimbangan
|
1
|
Resorcinol
|
6
gram
|
2
|
Sulfur praecipitatum
|
6
gram
|
3
|
Zinci oxyd
|
12
gram
|
4
|
Cetoamacogrel 1200
|
3.6
gram
|
5
|
Cetostearylalcohol
|
14.4
gram
|
6
|
Paraffin Liquidum
|
12
gram
|
7
|
Vaselin album
|
66
gram
|
D.
Alat
dan Bahan
·
Alu dan Lumpang
·
Kertas perkamen
·
Tube
·
Anak timbangan mg dan gram
·
Pipet tetes
·
Kardus atau wadah
·
Cawan uap
·
Beaker glass
E.
Prosedur
Pembuatan
·
Siapkan alat dan bahan
·
Timbang semua bahan obat
·
Tara cawan timbang paraffin liquidum didalam
cawan , lalu masukkan kedalam beaker glass
·
Masukkan cetomacgrolum kedalam beaker glass
·
Masukkan cetostearyl alcohol kedalam beaker
glass
·
Masukkan vasellin album kedalam beaker glass ,
lalu lebur diatas waterbath ad mencair
·
Masukkan hasil leburan kedalam lumpang , lalu
masukkan sedikit demi sedikit zinci oxyd ad menjadi basis pasta
·
Masukkan larutan resorcinol kedalam lumpang ,
gerus
·
Masukkan sulfur praecipitatum kedalam lumpang ,
gerus ada homogen
·
Timbang kembali sebanyak 20 gram
·
Kemas dan masukkan kedalam wadah
SAMPLE KARDUS SKY SULF
SAMPLE ETIKET SKYSULF
SAMPLE BROSUR SKYSULF
EVALUASI KE II
PRAKTIKUM PASTA
Organleptis
·
Bau
|
Evaluasi ke I
|
Evauasi ke II
|
Suhu Kamar
|
|
|
Suhu Oven
|
|
|
Suhu Freezer
|
|
|
·
Warna
|
Evaluasi ke I
|
Evauasi ke II
|
Suhu Kamar
|
|
|
Suhu Oven
|
|
|
Suhu
Freezer
|
|
|
·
Tekstur
|
Evaluasi ke I
|
Evauasi ke II
|
Suhu Kamar
|
|
|
Suhu Oven
|
|
|
Suhu
Freezer
|
|
|
PH
|
Evaluasi
ke I
|
Evaluasi
ke II
|
Suhu Kamar
|
|
|
Suhu Oven
|
|
|
Suhu Freezer
|
|
|
Homogenitas
|
Evaluasi ke I
|
Evauasi ke II
|
Suhu Kamar
|
|
|
Suhu Oven
|
|
|
Suhu
Freezer
|
|
|
PEMBAHASAN HASIL EVALUASI
KESIMPULAN HASIL PRAKTIKUM